Monday, September 23, 2013

DENGKI

Ada seorang lelaki miskin yang sangat dengki kepada sepupunya yang kaya. Ia begitu dengki hingga merencanakan satu perbuatan buruk.


“Aku ada perlu denganmu,” katanya kepada seorang miskin itu.
“Kalau kamu bersedia menyembelihku di rumah sepupuku, kamu akan kuberi dua dinar.”

“Aku tak mau melakukan perbuatan itu walaupun aku sangat membutuhkan uang,”ujar si miskin.

Beberapa hari kemudian kehidupan si miskin menjadi semakin sulit. Ia akhirnya menerima tawaran itu.

Mereka berdua lalu pergi ke rumah sepupu lelaki itu. Sesampainya di sana, mereka mencari tempat tersembunyi di rumah itu, kemudian si miskin menyembelih si pendengki.

Tujuan pembunuhan itu ialah agar masyarakat menuduh bahwa si kaya telah dengan kejam membunuh saudaranya yang miskin, sehingga hakim kemudian akan menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Jadi kedua-duanya sama-sama mati, sama-sama tidak memiliki apa-apa.

Seseorang yang sedang berjalan di rumah itu menjerit ketika melihat sesosok tubuh yang mati dengan cara mengenaskan.

“Si fulan terbunuh di rumah sepupunya, “kata orang itu kepada masyarakat di sekitarnya.

Petugas pemerintahan di daerah itu datang dan menuduh pemilik rumah sebagai pembunuhnya. Mereka lalu beramai-ramai menangkapnya. Setelah perkaranya disidnagkan, hakim memutuskan bahwa si kaya harus di hukum mati. Ia lalu mengumumkan tempat dan waktu pelaksanaannya.

Si miskin yang pada dasarnya bukan orang jahat menyesali perbuatannya, “Fulan di tuduh membunuh sepeupunya padahal ia tidak bersalah, akulah yang membunuhnya. Aku tidak boleh tinggal diam, bisa-bisa dua orang mati karena aku.”

Ketika masyarakat telah berkumpul untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati. Ia berkata kepada mereka, “Sabarlah, jangan kalian bunuh sebelum aku selesai bertemu dengan pimpinan kalian.”
Ia lalu menemui pimpinan pejabat pemerintahan di daerah itu dan mengaku, “Akulah yang membunuh lelaki miskin itu. Dia sendiri yang minta di bunuh dengan memberiku imbalan 2 dinar. Ini di lakukannya karena ia sangat dengki pada sepupunya. Waktu itu aku sangat membutuhkan uang . Jadi, kuterima tawarannya.”

Pimpinan daerah kemudian memerintahkan, ‘Lepaskanlah lelaki itu, jangan kalian bunuh dia. Dan kamu boleh pergi, tiada sesuatu yang akan menimpamu, karena dia telah terbunuh dengan kedengkiannya sendiri.”

No comments:

Post a Comment

Daftar Isi