Friday, September 13, 2013

Renungan untuk Umat Muslim di Zaman Sekarang

Pada perang pertama Siria, Amr bin Aas R.A. memimpin pasukan berjumlah 8.000 orang. Inilah perang pertama di bawah kekhalifahan Abu Bakar As Siddiq R.A. Pasukan Romawi berjumlah 100.000 orang sedangkan mereka hanya punya 8.000 orang. Serangan dari Romawi begitu mendadak sehingga para sahabat tidak dapat membalasnya dan dikepung oleh Romawi. Ketika sebuah pasukan terkepung, maka kehancurannya 100% dapat dipastikan.

Di antara mereka adalah seorang sahabat bernama Wathilah bin Asqa R.A. Dia meriwayatkan: “Kejadiannya sangat mengerikan sampai-sampai kami melupakan puisi.” Merupakan kebiasaan bangsa Arab bahwa mereka sering membacakan kalimat-kalimat puisi ketika berperang. Mereka tidak pernah takut dalam pertempuran.

Suku Arab Banu Dabba mengucapkan ini ketika berperang: “Kematian lebih manis daripada madu bagi kami. Apakah kalian mencoba menakuti kami dengan kematian?

Di dataran Karbala, Shimar berkata: “Aku akan membunuh kalian semua!” Kemudian Hussain R.A. tersenyum dan berkata “Kalian mencoba menakuti kami dengan kematian? Kematian adalah jalan bagi kami untuk bertemu Tuhan kami.”

Mereka biasanya tidak takut. Tapi saat itu ketakutan begitu menguasai mereka sampai-sampai Wathilah meriwayatkan: “Kami sepenuhnya lupa tentang puisi.” dan pasukan berjumlah 8.000 orang itu hanya dapat mengucapkan sebuah do'a: “Ya Rabba Muhammad! Unsur Ummata Muhammad (Wahai Tuhan dari Muhammad! Tolonglah umat Muhammad).” Ketika Allah merasa senang, bahkan dua kalimat ini sudah mencukupi.

Sedangkan di zaman sekarang, 3.000.000 orang memegangi kain penutup Ka’bah pada malam ke-29. Imam Ka’bah menangis ketika berdo’a selama 1 jam. Mengikuti sang imam, 3.000.000 orang mengucapkan “Aamiin” dengan menangis, tapi pintu langit tetap tidak terbuka!

Bertolak belakang dengan masa lalau dimana umat Islam begitu taat kepada Allah. Ketika seorang pencuri menangkap Abu Malika R.A. dan mencoba membunuhnya, dia berseru “Ya Arhamarrahimiin” (Wahai Yang Maha Pengasih yang menunjukkan kasih-Nya).


Si pencuri mengangkat pedangnya dan Abu Malika mengucapkan “Ya Arhamarrahimiin.”

Si pencuri mencoba menyerang, dia mengucapkan “Ya Arhamarrahimiin.”

Tiba-tiba seorang pengendara kuda datang dengan cepat dan menombak si pencuri. Ketika si pencuri terjatuh, tubuhnya terbakar dan dia berubah menjadi abu. Abu Malika R.A. bertanya “Siapa dirimu?” Dia menjawab “Aku adalah malaikat dari langit keempat. Ketika kau mengucapkan Ya Arhamarrahimiin untuk pertama kalinya, pintu dari ketujuh langit tampak bergetar. Suara ini tampaknya berasal dari seseorang yang dikenal.” 


Ketika kau mengatakan Ya Arhamarrahimiin kedua kalinya, kemudian Allah bertanya “Siapa yang siap untuk membantu hamba-Ku?” Aku berkata “Ya Allah, aku siap.” Ketika kau berkata Ya Arhamarrahimiin untuk ketiga kalinya, aku hadir di hadapanmu. 


Ketika seluruh generasi kita sibuk menyaksikan tari telanjang sepanjang malam, para pedagang berlaku curang. Anak-anak durhaka kepada orangtuanya. Malam dipenuhi perzinahan dan mabuk-mabukan. Di pasar banyak terjadi perjudian dan riba. Banyak terjadi kedzaliman mengatasnamakan pemerintah. Banyak terjadi kebohongan di birokrasi. Ketika ini semua terjadi, bagaimana mungkin Allah S.W.T.merasa senang dengan kita?

No comments:

Post a Comment

Daftar Isi