Saturday, September 7, 2013

Nabi Musa as: Kisah Sapi Betina Bagian I

Kisah sapi betina (al- Baqarah) terjadi pada masa Nabi Musa as. Kisah ini menceritakan kaum Bani Israil yang bertaubat kemudian kembali bermaksiat. Nabi Musa as diutus di tengah mereka untuk menunjukkan jalan lurus agar mereka menyembah Allah swt. Pada masa itu sebagian besar kaum Bani Israil mengira nasihat Nabi Musa hanyalah perintah yang mempermainkan mereka. Padahal dibalik perintah Allah yang disampaikan Nabi Musa mengandung keajaiban dan kekuasaan Allah swt. Begitu Pula dengan kisah sapi betina yang diabadikan Allah dalam al-Quran. Berikut kisahnya

Pada zaman Nabi Musa as, di tengah-tengah Bani Israil hiduplah seorang pedagang yang kaya raya dan terkenal gemar menumpuk kekayaan dan sangat haus akan harta. Pedagang kikir itu bernama Syam`un. Suatu hari Syam`un duduk di atas kursi tinggi untuk mengamati aktivitas para pembantunya dalam melayani tamunya. Syam`un menjual pakaian mewah yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang kaya. Tanpa sengaja ia melihat pedagang kecil yang berutang kepadanya. Perlahan pedagang itu menghampiri Syam`un. Belum sempat ia menarik nafas, Syam`un langsung menghardiknya


“Hei pedagang mantel! Apakah kau datang untuk melunasi utang?!”

“Aku datang untuk dua keperluan Tuan Syam`un” jawabnya pelan

“Apa itu,pedagang malas?”

“Aku mohon engkau memberiku kesempatan beberapa waktu lagi. Mantelku terkena air hingga nyaris rusak seluruhnya. Uangku hampir habis tak tersisa, jadi aku tidak punya uang untuk melunasi utangku. Makanya aku mohon Tuan untuk sudi memberiku pinjaman lagi. Kalau kerugianku sudah tertutupi dan modalku telah kembali, pinjaman itu pasti ku kembalikan dua-duanya”



“Aku tidak punya uang untuk sedekah. Siang malam aku peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan uang. Jadi aku tidak sudi membagikannya kepada pedagang malas dan tolol sepertimu.”

“Keadaanku sangat memprihatinkan.. bayiku hanya bisa makan roti kering. Aku mohon Tuan sudi membantuku meringankan bebanku. Sejak hari ini, aku rela untuk menjadi pembantu Tuan yang setia”

“Cukup! Aku tidak mau mendengar keluhanmu dan jangan bicara lagi” sergah Syam`un kasar. “Aku tidak akan meminjamkan uang padamu dan membiarkanmu terus mengulur waktu. Aku beri kau kesempatan satu minggu untuk melunasi utang-utangmu. Minggu depan kau harus bayar 400 dirham! Kalau tidak…”

“Kalau tidak, apa yang Tuan akan lakukan?” potong pedagang kecil itu resah.

“Aku akan menyerahkanmu kepada tentara supaya dipenjara di bawah tanah, lalu dicambuk hingga mau membayar. Itulah balasan untuk siapa saja yang berani bermain-main dengan Syam`un petinggi Bani Israil..”

“Kalau saya tidak bisa membayar, bagaimana Tuan?”

“Jual toko jelekmu itu kepadaku, kuhargai seratus dinar dan kuanggap lunas semua utang-utangmu”

“Toko itu bernilai lima ratus dinar, sedangkan utangku dua ratus lima puluh dirham. Mengapa Tuan begitu tega untuk melipatgandakannya menjadi empat ratus dirham, dan tuan masih ingin merampas toko ku dengan hargai seratus dinar”

“Kulipatgandakan utangmu karena kau kuberi tunggakan selama seminggu, sedangkan tokomu menurutku kalau dijual hanya laku seratus dinar. Tokomu sudah kumuh, Orang yang mau membeli tokomu dengan harga lima ratus dinar pastilah orang yang bodoh dan dungu”

Beginilah salah satu sifat keji dari pedagang besar Syam`un. Ia tidak peduli dengan pedagang kecil dan orang-orang miskin menurutnya mereka adalah pemalas yang tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan uang, sedangkan ia sendiri gemar menimbun hartanya dan tidak sudi memberi sedekah pada orang yang sedang kesusahan.

Syam`un memiliki anak perempuan yang amat cantik yang bernama Jamilah. Suatu hari Uhaihah keponakan Syam`un jatuh hati kepada Jamilah dan bermaksud untuk menikahinya. Namun, Uhaihah tidak disenangi oleh Syam`un ayah Jamilah. Hal ini lantaran Uhaihah adalah seorang pemuda miskin dan juga seorang pengangguran. Tindakan Syam`un dinilai oleh Bani Israil sebagai tindakan yang tepat lantaran Uhaihah memang terkenal sebagai pemuda yang tidak bertanggung jawab dan sering lalai dalam menjalankan amanat.

Suatu hari, dengan hati yang telah dikuasai oleh dendam dan amarah kebencian, Uhaihah merencanakan untuk mencuri toko Syam`un. Dengan cepat ia merogoh uang dalam laci lalu menyembunyikannya dalam kantung baju. Jantung Uhaihah hampir copot ketika ada tangan menyentuh pundaknya. Ia segera menoleh dan didapatinya pembantu Syam`un yang menatapnya dengan senyum kecut. “Aku sedang merapikan laci paman, ketika aku masuk aku tidak menemukan siapa pun dan kulihat laci paman sudah berantakan. Aku yakin beberapa saat sebelum aku datang, pencuri telah menyatroni laci pamanku”

Pembantu Syam`un tidak langsung menjawab, hal ini membuat Uhaihah bergetar bumi tempatnya berpijak serasa runtuh, ia tidak menyangka ia akan ketahuan. Padahal awalnya ia yakin aksinya akan berjalan lancar.

“Apa kau pikir aku tidak tahu dengan ulahmu, sehingga aku percaya dengan kata-katamu? Kau mengigau sobat. Wajahmu yang pucat pasi dan tanganmu yang gemetar adalah bukti bahwa kau sangat ketakutan. Lihat dirimu! Mengapa kau mencuri harta pamanmu sendiri. Padahal dia sangat mencintai dan menyayangimu. Seandainya dia di sini sekarang, dia pasti akan menyerahkanmu ke hakim dan menghukummu dengan berat.”

“Izra, apakah engkau akan melaporkanku ke pamanku? Aku mohon sembunyikan aibku ini.. ini ku kembalikan semua yang ku ambil” kata Uhaihah sembari mengeluarkan uang dari dalam kantung bajunya, “Aku akan melakukan semua yang engkau perintahkan. Engkau memang pemaaf dan penyayang, Izra. Aku yakin engkau pasti membantuku, iya kan?”

“ha..ha,,ha,,” Izra tertawa penuh kemenangan, “Aku akan melaporkanmu ke pamanmu. Aku adalah pembantu yang jujur dan layak dipercaya. Dia pasti senang dan berterima kasih kepadaku. Dia pasti member hadiah besar untuk penangkapan besar ini” kata Izra dengan suara keras seperti auman serigala

“Kasihanilah aku, Izra…aku miskin dan menderita, pamanku sama sekali tidak memberiku makanan. Aku tidak makan apa apa sejak kemarin. Aku lapar sekali Izra. Aku rela menjadi pembantumu sejak saat ini. Aku akan memenuhi semua perintahmu tanpa terkecuali,” Uhaihah terus menatap

“Lama kelamaan hatiku iba juga melihatmu, bodoh ya…, aku mau melindungimu. Tenanglah aku tidak akan melaporkanmu kepada pamanmu, tapi ada syaratnya”

“Katakan saja melaikat pelindungku” kata Uhaihah tidak sabar

“Ambil semua uang yang ada dalam laci dan bawa ke rumahku. Akan kujelaskan apa yang kuinginkan darimu nanti di sana”

“Tapi, pamanku pasti tahu kalau uangnya dicuri orang.” Uhaihah tidak percaya dengan perintah Izra

“Hei, bedebah, bukankah aku sekarang aku adalah majikanmu?” bentak Izra

“Ya, engkau adalah majikanku selama-lamanya. Tapi beri tahu dulu, apa yang akan kau katakan nanti pada pamanku”

“Berangkat ke rumahku sekarang juga, nanti aku menyusul, cepat laksanakan perintahku, dan jangan banyak Tanya!”

Izra adalah pembantu yang berjiwa picik. Ketika melihat uang yang melimpah, air liurnya mengalir deras. Keinginannya untuk memiliki semua uang itu, telah membutakan dirinya hingga tenggelam dalam kenistaan.

No comments:

Post a Comment

Daftar Isi